Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-Perjuangan), Kapitra Ampera memberikan sindiran bahwa partai Nasdem siap menjadi partai oposisi.
Dilansir TribunWow.com, hal itu diungkapkan Kapitra Ampera saat menjadi narasumber dalam acara Indonesia Lawyers Club yang diunggah dalam kanal Youtube Indonesia Lawyers Club, pada Selasa, (30/7/2019).
Kapitra Ampera dalam mengawali argumennya menuturkan ia merasa terkejut mendengar ucapan Politisi Nasdem Akbar Faisal.
Bahkan ia mengatakan bahwa Nasdem sedang memisahkan diri dari koalisi partai Jokowi-Ma’ruf.
“Saya terkejut amat sangat terkejut, ternyata Nasdem sedang memisahkan diri untuk jadi oposisi yang sesungguhnya,” ujar Kapitra Ampera.
Menurutnya apa yang diungkapkan Akbar Faisal seakan dirinya oposisi.
“Bahasa-bahasa yang dikeluarkan saudara saya ini, itu adalah bahasa oposisi. Lebih baik keluar dari koalisi itu lebih bagus ya,” paparnya.
“Kedua atau mungkin Nasdem takut ketinggalan. Kegundahan itu dimunculkan ke permukaan bahwa dia takut kehilangan. Inilah yang buat sedih. Ya mudah-mudahan Nasdem jadi oposisi yang sesungguhnya,” pungkas Kapitra Ampera.
Lihat video di menit ke 4.14
Akbar Faisal sebelumnya menuturkan bahwa ia tak memahami mengapa rekonsiliasi antara Presiden terpilih Jokowi dan mantan Capres 02 Prabowo Subianto harus dilakukan.
Mulanya Akbar Faisal merasa ada kenaifan politik yang sedang terjadi.
“Sebenarnya apa yang terjadi para ruang politik kita hari ini, mohon izin kalau saya harus mengakuinya. Mau katakan saya politisi yang naif, monggo,” ujar Akbar Faisal.
“Saya mungkin naif. tetapi saya mencoba menerjemahkan apa yang saya pahami tentang politik. Hari ini politik kenaifan terjadi.”
Ia lantas meminta maaf kepada narasumber sesama koalisi yang hadir, Politisi PDIP Ria Latifa dan juga Kapitra Ampera.
“Saya mohon maaf, Bu Ria Latifa sahabat saya di komisi 3 dan Pak Kapitra Ampera juga yang masih di 212,” paparnya.
Dirinya mengakui tak memahami mengapa rekonsiliasi harus terlaksana.
“Saya tidak cukup punya kemampuan untuk memahami bagaimana apa yang terjadi di politik kita diterjemahkan dengan bahasa rekonsiliasi. Apa yang mau direkonsiliasi?” tanyanya.
“Membangun bangsa itu tidak harus satu bahasa kita. Perbedaan itu adalah bagian dari membesarkan sebuah bangsa.”
“Saya tidak percaya kepada satu warna itu membuat indah sebuah lukisan. Garis dan warna yang membuat itu berbeda. Yang saya ingin katakan adalah ini adalah tetaplah di luar garis atau di wilayah garis itu. Bahwa oposisi tidak ada di konstitusi kita iya, tapi kan itu hanya penamaan saja,” saran Akbar Faisal.
“Tadi Fahri Hamzah menjelaskan dengan elegan apa yang menyangkut yang saya gambarkan ini. Karena bagi saya pribadi, tentang jejak digital itu ada banyak hal.

Politisi Nasdem Akbar Faisal (Capture Indonesia Lawyers Club)
Menurut Akbar Faisal ada satu hal yang tidak perlu disatukan.
“Yang bagi saya pribadi, dengan logika terbatas saya, sebenarnya ada satu hal yang tidak perlu disatukan. Seakan Gerindra, Pak Prabowo harus satu bahasa dengan Pak Jokowi, itu enggak perlu,” ungkapnya.
“Elegansi pemerintahan itu ketika ada yang bisa menguji apa yang kiat pahami. Dan itu adalah oposisi,” tutupnya.
Lihat Video di Menit ke 4.40
(TribunWow.com/ Roifah Dzatu Azmah)