Rocky Gerung Sebut PA 212 Bukan Permainan Politik Prabowo: Sulit Jawab Posisinya, Perlu Trump

679

Pengamat Politik, Rocky Gerung angkat suara soal teka-teki posisi Presidium Alumni (PA) 212 setelah pertemuan capres Prabowo Subianto dan Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu.

Menurut Rocky GerungPA 212 bukan permainan politik Prabowo Subaianto.

Dilansir TribunWow.com, hal itu Rocky Gerung sampaikan melalui acara ‘Indonesia Lawyers Club’ unggahan kanal Youtube Indonesia Lawyers Club pada Selasa, (30/7/2019).

Awalnya, Rocky Gerung mengakui, pertanyaan soal posisi PA 212 adalah sesuatu yang sulit untuk dijelaskan.

Bahkan, Rocky Gerung sampai menyebut Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang hanya bisa menjawab teka-teki posisi PA 212 kini.

“Dari tadi enggak ada yang jawab secara telak soal posisi 212, karena memang sulit,” kata Rocky Gerung.

“Sehingga mungkin perlu Donald Trump yang jawab itu, jika ia ke sini diundang Presiden Jokowi sekaligus tanya, menurut Donald Trump itu ke Gondangdia atau Teuku Umar,” celoteh Rocky Gerung.

Menurut posisi PA 212 seharusnya tak menjadi bahan perdebatan setelah pertemuan para tokoh, seperti Prabowo Subianto dengan Jokowi.

“Jadi kalau ada pikiran bahwa 212 ini dipertanyakan eksistensinya hanya karena ada pertemuan antar tokoh politik seminggu ini, seolah-olah 212 permainan kemarin sore,” ucapnya.

Rocky Gerung melanjutkan, PA 212 juga bukan permainan politik Prabowo Subianto.

“Saya menangkap ada roh yang jujur pada gerakan itu lepas dari kontroversinya, 212 bukan permainan politik Prabowo,” lanjut Rocky Gerung.

Rocky menilai gerakan PA 212 harus dihargai oleh berbagai pihak.

“212 tidak memperoleh legitimasinya di Monas, atau kelanjutanya 414 atau dan seterusnya, 212 adalah teks sosial bangsa ini, hasil imajinasi bangsa ini dan kita mesti hormati itu,” katanya.

Sehingga ia menyayangkan, PA 212 dianggap gerakan radikal oleh beberapa kalangan.

“Ngaconya adalah seluruh konsep bernegara itu, lalu disederhanakan sebagai ancaman bahkan disebut teroris,” kata Rocky Gerung.

 

Diberitakan sebelumnya, dukungan PA 212  pada Prabowo Subianto disebut berangsur menjauh setelah pertemuan Prabowo Subianto dengan Jokowi pada 13 Juli 2019.

Ketua DPP Partai Gerindra,  Andy Rahmad Wijaya menganggap, hengkangnya PA 212 dari barisan pendukung Prabowo bukanlah hal besar lantaran pihaknya masih tetap memiliki banyak pendukung.

Hal itu terjadi dalam tayangan ‘Sapa Indonesia Malam’ yang dipandu oleh Aiman Witjaksono unggahan kanal YouTube KOMPASTV, Kamis (26/7/2019).

Melihat respons Andy, Aiman sang pembawa acara pun tertawa dan menyangka pihak Gerindra sudah tidak menganggap peran serta PA 212 dalam kubunya.

Awalnya, Andy tak menyangka Aiman akan bertanya soal mundurnya PA 212 dari kubunya dan menyangka semua pendukungnya masih setia.

“Sekarang Anda ditinggalkan oleh pendukung, salah satunya sudah mengemukakan,” ujar Aiman yang langsung dipotong oleh Andy.

“Belum,” potong Andy.

Aiman kemudian menjelaskan pendukung yang ia maksud adalah PA 212 yang lebih memilih menunggu aba-aba dari Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.

“Sudah, kenapa saya menyatakan sudah, karena salah satu yang sudah menyampaikannya adalah PA 212, menyatakan bahwa ‘imam kami bukan Kertanegara, imam kami ada di Saudi, di Makkah’,” terang Aiman.

Andy pun langsung menyebut PA 212 bukanlah satu-satunya pendukung dan masih banyak pendukung lainnya yang masih bertahan.

.tribunnews

Berikan Komentar Anda

comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here