Luhut Blak-blakan soal Tudingan Jadi Agen China

1004

Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan curhat bahwa seringkali ia disebut agen China, hingga kedutaan besar China. Semua karena banyaknya investasi di berbagai sektor yang masuk ke RI berasal dari China.

Mau tahu bagaimana tanggapan Luhut?

Simak berita lengkapnya di sini.

Luhut menceritakan pengalamannya yang kerap disebut agen China, karena banyaknya investasi China di Indonesia. Namun, dengan tegas ia menepis sebutan itu.

“Nanti orang bilang Luhut ini agen China, Dubes kehormatan China, itu yang ngomong asal bunyi saja,” kata Luhut di Djakarta Theatre, Kamis (12/9/2019).

Menurutnya, China memiliki kesamaan dengan rule of thumb yakni aturan investasi di Indonesia, sehingga tak sedikit China menanamkan modalnya di Indonesia.

“Orang-orang selalu kritik saya China terus, tidak, kita punya rule of thumb untuk investasi,” ujar Luhut.

Rule of thumb tersebut berisikan sejumlah syarat untuk investor yang mau menanamkan modalnya di Indonesia. Pertama, membawa teknologi yang ramah lingkungan. Kedua, memberi nilai tambah bagi Indonesia dalam mengolah sumber daya mineral. Ketiga, mendidik tenaga kerja lokal, melalui syarat keempat, yakni transfer teknologi.

Menurut Luhut, China merupakan negara yang mudah diarahkan untuk memenuhi syarat rule of thumb untuk berinvestasi di Indonesia.

“Kita tidak mau kalau Jepang investasi di sini tidak teknologi transfer. Kalau saya di-challenge Luhut lagi-lagi China. China itu gampang, kita suruh apa saja mau!” ucap Luhut.

Ia menyebutkan, siapa saja bisa investasi di Indonesia selama memenuhi rule of thumb tersebut.

“Siapa saja mau dari bulan dia investasi seanjang teknologinya ramah lingkungan, transfer teknologi ke tenaga lokal, oke tenaga lokal dalam 4 tahun pertama belum bisa. Tapi kau (China) pakai tenaga asingmu tapi sementara itu kau harus mendirikan politeknik untuk nanti mengganti mereka tahun 3-4 seterusnya. Itu yang terjadi di Morowali sekarang. Kita tidak mau kalau Jepang misalnya, tidak teknologi transfer,” beber Luhut.

Luhut mengungkapkan, pandangannya tentang investasi ini telah ia sampaikan ke Presiden Joko Widodo (Jokowi). Luhut bilang, investasi itu harus disesuaikan dengan kepentingan nasional, dan siapa pun investornya, selama memenuhi kepentingan nasional maka ia tak takut meneruskannya sekali pun ‘ditembak’.

“Jadi buat saya, saya bilang ke Presiden, Pak kan kita bicara national interest kita. Sepanjang national interest bisa kita amankan ya peduli mana, dari mana pun pak? Ya kalau orang mau tembak saya biar saja, saya kan tidak mau mengganggu, saya hanya mengabdi, membuat republik ini lebih bagus lagi,” tegas Luhut.

Selain itu, ia menerangkan, investasi selama ini yang berasal dari China menggunakan skema business to business (B to B), bukan government to government (G to G). Sehingga, rasio utang Indonesia terhadap PDB masih di bawah angka 30%.

“Dan terakhir itu nilai tambah industri dan semuanya selalu kita lakukan B to B, kita belum ada dengan China itu G to G. Sehingga debt to GDP kita tetap kita bisa pelihara di bawah angka 30%,” pungkasnya. detik

Berikan Komentar Anda

comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here