PT PLN mengkalkulasi kerugian awal dari peristiwa blackout atau listrik padam di daerah Jabodetabek, Jawa Barat, dan Banten, Minggu (4/8).
Berdasar hasil hitungan tim internal, PT PLN berpotensi kehilangan uang sebanyak Rp 90 miliar atas peristiwa tersebut.
Dijelaskan Direktur Pengadaan Strategi II PT PLN Djoko R Abumanan, jumlah kerugian sebanyak Rp 90 miliar itu dari hitungan terhadap potensi listrik yang bisa dijual, seandainya tidak terjadi pemadaman.
Hitungan tim PT PLN, pasokan listrik yang disalurkan melalui transmisi yang mengalami gangguan, sebesar 9.000 MW per jam.
“Berarti hilang 9.000 MW. Hilang katakanlah sepuluh jam,” ucap Djoko di kantor PLN Pusat Pengatur Beban (P2B) Gandul, Depok, Jawa Barat, Minggu.
Dirinya menjelaskan, sepuluh jam ialah estimasi waktu pemadaman yang berlangsung di Jabodetabek, Banten, dan Jawa Barat.
Menurut dia, jika 9.000 MW tersebut dikalikan 10 jam, potensi kehilangan PT PLN untuk menjual listrik sebesar 90.000 MW.
Lantas, ia pun mengasumsikan rata-rata tarif per Kwh sebesar Rp 1.000. Dari situ, hitungan-hitungan kerugian mencapai Rp 90 miliar.
“Ya, Rp 90 miliar minimal lost, rugi. Belum didendain tadi kalau ada kompensasi,” ungkap dia.
Sementara itu, Plt Dirut PLN Sripeni Inten Cahyani menyebut pihaknya akan menunjuk tim investigasi independen demi menyelidiki penyebab pemadaman setrum.
Sebab menurutnya, kejadian pemadaman setrum memiliki dampak besar bagi masyarakat luas. Karena itu proses pengusutan harus objektif dengan melibatkan tim investigasi independen.
“Kami akan menunjuk tim independen untuk melakukan investigasi. Sebab kenapa? Kalau diketahui, listrik yang padam ini kan dampaknya luar biasa,” kata Sripeni.[psid]