Kekejaman Perusuh Wamena Diungkap, Kapolda: Sudah Menyerah Tetap Dibantai

647

Jayapura – Kapolda Papua, Inspektur Jenderal Paulus Waterpauw membeberkan fakta kekejaman pelaku kerusuhan Wamena, yang merenggut 33 korban jiwa, lebih dari 70 korban luka dan meluluhlantakkan ratusan bangunan, pada 23 September lalu.

Waterpauw menyebut, tindakan para perusuh sangat keras dan sangat tidak manusiawi. Tangisan para korban pun seakan tak terdengar hingga sebagian dijemput maut, sedangkan sebagian lagi mengalami trauma berat.

“Korban sudah menyerah tetapi masih dibacok dan disiram bensin, kemudian dibakar. Ada apa, ini pembantaian namanya,” kata Waterpauw kepada wartawan usai menemui Ketua Majelis Rakyat Papua Timotius Murib dan Sekjen DPN Peradi beserta tim advokasi tersangka kerusuhan Jayapura dan Wamena di Mapolda Papua, Rabu (23/10).

Waterpauw menilai tidak wajar kemarahan yang diluapkan saat kerusuhan terjadi di Wamena. Apalagi sekian banyak orang dalam waktu bersamaan dan sekejap melakukan perusakan dan pembantaian terhadap warga tak berdaya.

“Begitu sakit hatinya kah dengan rasisme yang mereka bilang itu. Kamu mau sakit hati berapa lama, ada apa ini? Jangan persoalan rumah tangga, keluarga dan kampung halaman dan lain sebagainya ditumpahkan di lapangan,” tuturnya.

Lebih mengejutkan lagi keberadaan senso (alat pemotong kayu) dan bahan bakar minyak (BBM) yang dibawa perusuh untuk melakukan kekerasan dan perusakan. Temuan ini pun masih menjadi teka-teki untuk diungkap oleh kepolisian.

“Kenapa tiba-tiba sudah ada senso, bahan bakar minyak di jerigen. Dari mana mereka siapkan. Kenapa satu kuali Wamena itu habis dan itu hartanya orang lain. Marah apa kaya begitu, marah wajar saja, jangan menganiaya secara sadis,”cetusnya.

Waterpauw berjanji akan mencari aktor di balik para pelaku kerusuhan Wamena. Dia pun telah menyampaikannya langkah penegakkan hukum terhadap para pelaku kepada Ketua MRP maupun Sekjen Peradi.

“Siapa yang menggerakan mereka?, tadi saya katakan dengan Ketua MRP, Sekjen Peradi dan lainnya bahwa kami terus mencari. Siapa yang melakukan kekerasan di jalan, mencuri dan lain sebagainya. Kami cari dan tangkap mereka, negara ini negara hukum,” tegasnya.

Dia juga menyarankan kepada MRP agar membawa Tim advokasi Peradi ke Wamena untuk melihat kondisi masyarakat dan Kota Wamena. Bahkan, Waterpauw mempersilahkan Peradi berkomunikasi dengan para tersangka.

“Kita fear-fear saja. Tetapi saya tegaskan bahwa yang bikin ini (kerusuhan) adalah kelompok, bukan masyarakat Papua,” katanya.

Sebelumnya, Majelis Rakyat Papua (MRP) membentuk Panitia Khusus (Pansus) untuk mencari solusi perdamaian di tanah Papua, pascakerusuhan di Jayapura maupun Wamena yang merenggut puluhan korban jiwa.

Dalam kerja Pansus, MRP menggandeng salah satu organisasi profesi advokat dari Peradi (Perhimpunan Advokat Indonesia) untuk mendampingi para tersangka kerusuhan.

“Pansus akan kita bentuk untuk mencari solusi damai, agar Papua tanah damai tidak hanya menjadi slogan. Agenda paling mendesak adalah terkait penahanan mahasiswa pascarasis di Surabaya yang merembet ke Papua dan Papua Barat,” kata Ketua MRP Timotius Murib. (Asi)Indonesiainside.id,

Berikan Komentar Anda

comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here