Induk tvOne Cetak Rugi Rp 233 M, ANTV Gimana?

586

Jakarta – Induk usaha dari stasiun televisi tvOne dan ANTV, PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), mengalami rugi bersih sebesar Rp 233,32 miliar selama semester I/2019. Nilai itu membengkak 14,35% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 204,04 miliar.

Mengacu laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja negatif tersebut terjadi seiring dengan turunnya pendapatan usaha sebesar 18,5%, dari Rp 1,37 triliun menjadi Rp 1,12 triliun. Sementara itu, beban usaha cenderung stagnan menjadi Rp 1,11 triliun.

Sebenarnya, emiten milik grup Bakrie ini meraih laba atas selisih kurs sebesar Rp 85,42 miliar, sementara tahun sebelumnya tercatat rugi Rp 213,76 miliar. Namun, terjadi peningkatan pada beban keuangan dan lain-lain masing-masing Rp 240,1 miliar dan Rp 49,95 miliar.

Rugi yang terjadi pada VIVA dalam beberapa tahun terakhir mengakibatkan defisiensi modal dengan defisit saldo laba sebesar Rp 1,33 triliun. Ekuitas yang yang tersisa pada akhir Juni sebesar Rp 1,48 triliun.

Visi Media Asia memiliki langsung 99,99% saham PT Lativi Mediakarya, pengelola tvOne. Sementara perseroan juga memiliki langsung saham PT Intermedia Capital Tbk (MDIA) sebesar 89,99%. Visi Media Asia juga secara tak langsung memegang saham PT Cakrawala Andalas Televisi, pengelola ANTV, melalui MDIA.

Direktur Utama Intermedia Capital dijabat oleh ErickThohir, sementara komisaris utama yakni Anindya Novyan Bakrie. Adapun Anindya menjadi direktur utama di Visi Media Asia, sementara komisaris utama VIVA dijabat Rosan Perkasa Roeslani, Ketua Umum Kadin Indonesia.

Pemegang saham Seri A dari VIVA per Juni 2019, yakni PT Bakrie Global Ventura sebesar 53,69%, Credit Suisse AG Singapore 6,92%, PT Trinugraha Thohir Media Partner 0,79%, dan investor publik sebesar 32,31%.

Data BEI pada perdagangan Kamis (1/8) mencatat saham VIVA stagnan di level Rp 112/saham, dan saham MDIA naik 2,56% di level Rp 160/saham.

Laba ANTV
Jika ditelisik lebih dalam, pendapatan terbesar Visi Media Asia berasal dari pendapatan iklan, yakni sebesar Rp 1,11 triliun, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,37 triliun. Pendapatan non-iklan hanya menyumbang Rp 3,99 miliar, dari sebelumnya Rp 3,04 miliar.

Pelanggan terbesar dari perusahaan, yakni PT Wira Pamungkas Pariwara dengan nilai pendapatan sebesar Rp 252,39 miliar atau 23% dari total pendapatan iklan perseroan.

Di sisi lain, meski induknya rugi, tapi kinerja anak usahanya, yakni Intermedia Capital yang membawahi Cakrawala Andalas Televisi (ANTV), masih positif kendati labanya turun.

Mengacu laporan keuangan, laba MDIA tercatat sebesar Rp 28,01 miliar atau amblas 88% dari semester I-2018, yakni Rp 226,08 miliar. Pendapatan MDIA juga anjlok menjadi Rp 756,39 miliar dari sebelumnya Rp 1,06 triliun.

Presiden Direktur VIVA Anindya Novyan Bakrie mengatakan belanja iklan pada semester I-2019 belum menunjukkan perbaikan, bahkan cenderung melambat dibandingkan semester yang sama tahun 2018.

Namun, di tengah tren perlambatan itu, VIVA tetap berinovasi menyuguhkan konten-konten berkualitas, menarik, dan relevan yang dapat dinikmati diberbagai platform yang dimiliki sehingga menambah jangkauan pemirsa.

“Penyajian konten-konten menarik dari yang dapat dinikmati diberbagai platform, diharapkan dapat menjangkau khalayak secara luas dan ke depannya akan terus dikembangkan. Sejumlah program yang baru diluncurkan ANTV seperti drama series Fitri, Aisyah, Rahasia Hidup, Ishq Subhan Allah dan Ishq Mein Marjawan, semakin mendapatkan tempat di hati pemirsa setianya,” kata Anindya, dalam keterangan tertulis Rabu (31/07/2019).

Berdasarkan data Nielsen selama Juli 2019, beberapa program ANTV menembus 10 besar program series seluruh stasiun TV FTA (free to air) di Tanah Air.

Sebut saja program drama series Fitri dari pertama kali diluncurkan memperoleh TVR/TVS 2,9%/13,3%, Aisyah dengan TVR/TVS 3,0%/11,5%, dan beberapa program drama series lainnya. Keberhasilan ini diklaim membuat ANTV hingga saat ini kokoh Tier-1 FTA dengan TVS 11,5% untuk periode 1-31 Juli.

TVR adalah television rating, sementara TVS adalah television share.

“Ke depan kami juga akan mengembangkan program-program in-housedan joint production yang hak kepemilikan intelektualnya dimiliki perusahaan sehingga konten konten tersebut dapat dimonetisasi di berbagai platform yang kami miliki,” tegas Anindya., CNBC Indonesia

Berikan Komentar Anda

comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here