Jayapura– Aksi demonstrasi rasisme berujung amuk massa pada Kamis (29/8/2019) lalu ternyata disusupi oleh sejumlah orang yang tak ingin tanah Papua damai. Hal ini bisa terlihat dari sejumlah pengerusakan fasilitas umum, harta benda masyarakat yang tidak bersalah dan penjarahan di beberapa kantor Pemerintahan termasuk kantor gubernur.
“Oknum-oknum ini yang saya sudah tau gaya mainnya, dan saya sudah mendapatkan laporan. Jadi saat demo, semuanya sudah disiapkan, untuk melakukan pengerusakan hingga penjarahan,” kata Gubernur Papua Lukas Enembe kepada wartawan, Rabu (11/9/2019) malam di Jayapura.
Kata Enembe, penjarahan di daerah Kota Jayapura menjadi buktinya, di mana sudah ada oknum yang menunggu di laut menggunakan speedboat saat yang lainnya melakukan penjarahan.
“Ada beberapa speedboat yang sudah menunggu untuk mengangkut barang jarahan tersebut di tepi laut depan kantor (gubernur). Ini kan sudah ada niat sejak awal. Mereka juga sudah menyiapkan bensin untuk melakukan pembakaran sehabis menjarah,” ujarnya.
Dikatakan, masyarakat telah merasakan akibat dari situasi dan kondisi yang terjadi di Papua saat ini, sehingga ia berharapa kejadian ini jangan sampai terulang.
“Ini cara-cara yang tidak baik. Saya berharap tidak ada lagi yang seperti ini,” katanya.
Lukas Enembe juga mengimbau kepada seluruh masyarakat khususnya para pemangku kepentingan di tanah Papua untuk menyampaikan kepada masyarakatnya agar tidak lagi melakukan hal-hal yang merugikan masyarakat itu sendiri.
“Kita harus sepakat, bahwa Papua adalah tanah damai. Kita saudara satu dengan yang lain, dengan siapapun, dari agama, suku, dan golongan manapun. Saya jamin setiap warga Negara berhak hidup di provinsi ini. Ini yang saya sampaikan, dan saya harap seluruh masyarakat ikut dan andil dalam menjaga perdamaian di tanah ini,” tegas Gubernur Lukas.
Di tempat yang sama, mantan anggota DPR Papua Carolus Bolly mengatakan, seluruh masyarakat yang ada di tanah Papua mempunyai tugas dan bertanggungjawab menjaga, memelihara kerukunan dan perdamaian di Papua.
“Di Jakarta hari ini bahkan setiap hari melaksanakan dialog, diskusi, membuka ruang komunikasi bahas Papua. Untuk itu, tugas dan kewajiban kita sama, terus membangun suasana, toleransi, kehidupan di Papua,” katanya.
Kata Carolus, jika ada ketersinggungan atau ketidaksamaan pendapat, lebih baik membuka forum rapat, diskusikan dan bawa dalam rapat. Jangan berkoar diluar sehingga dianggap sebagai penyulut atau penebar hoaks. (*) jubi