Duh, Dari Harga Batu Bara Sampai Sawit Semuanya Negatif!

540

Jakarta- Harga komoditas andalan Indonesia masih terseok-seok. Hanya harga karet saja yang mampu mencatatkan nilai positif.

Bank Indonesia (BI), Selasa (3/9/2019) melaporkan perlambatan ekonomi dunia berpengaruh pada perlambatan volume perdagangan dunia.

Pertumbuhan World Trade Volume (WTV) diprakirakan tetap tumbuh rendah pada triwulan II-2019. Perlambatan WTV tersebut dipengaruhi oleh penurunan volume ekspor akibat penetapan tarif dan perlambatan investasi karena ketidakpastian global seiring ketegangan hubungan dagang yang berlanjut.

Rasio WTV terhadap PDB juga semakin menurun. Melemahnya hubungan antara WTV dan PDB global tersebut disebabkan oleh intensitas impor dalam investasi merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan intensitas impor pada komponen PDB lainnya. Dengan demikian, penurunan investasi yang terjadi saat ini menyebabkan penurunan WTV yang lebih tajam dibandingkan dengan PDB dunia.

Perbaikan WTV pada paruh kedua 2019 terbantu oleh stimulus investasi pemerintah yang dilakukan berbagai negara. Perbaikan juga terbantu oleh pergeseran supply chain global untuk mengatasi tarif impor AS.

Pelemahan Tekan Harga Komoditas

Harga komoditas ekspor Indonesia pada triwulan II-2019 mengalami penurunan terutama karena penurunan harga CPO dan komoditas logam lainnya.

Penurunan harga CPO terutama disebabkan oleh pasokan dari Indonesia dan Malaysia yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan permintaan CPO yang menurun. Sementara itu, permintaan CPO menurun seiring dengan (i) implementasi pelarangan impor CPO untuk biofuel di Eropa secara bertahap sejak Mei 2019; (ii) peningkatan produksi rapeseed – substitusi CPO di India; serta (iii) penurunan harga soybean – substitusi CPO.

Duh, Dari Harga Batu Bara Sampai Sawit, Semuanya Negatif!Foto: Komoditas Ekspor Indonesia (Dok BI)

“Ekspor komoditas logam Indonesia berada pada tren menurun seiring pelemahan permintaan global, terutama dari Tiongkok akibat pelemahan aktivitas perekonomiannya,” tulis BI dalam Laporan Tinjauan Kebijakan Moneter Triwulan II-2019.

BI mencatat, permintaan yang melemah juga mendorong penurunan harga minyak.

Rata-rata harga minyak dalam tren yang menurun karena pelemahan permintaan akibat ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok yang berlanjut. Penurunan supply karena keputusan OPEC+ untuk memperpanjang oil cuts sebesar 1,2 mbpd selama 9 bulan (hingga triwulan I 2020) bahkan tidak dapat mengimbangi penurunan permintaan yang lebih dalam.

Penurunan demand minyak global juga sejalan dengan proyeksi yang dirilis oleh beberapa lembaga internasional. Lembaga EIA (Energy Information Administration) dan IEA (International Energy Agency) mengoreksi demand minyak global di 2019. , CNBC Indonesia 

Berikan Komentar Anda

comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here