Disebut Seperti Anak Kecil Ngambek, Direktur PB Djarum: Bukan Cengeng, Saya Tidak Mau Melanggar UU

596

Direktur Program Bakti Olahraga Djarum Foundation Yoppy Rosimin menegaskan, keputusannya PB Djarum untuk menghentikan audisi bulu tangkis anak-anak bukan keputusan mendadak.

Ia pun menyebut dirinya sudah berumur dan bukan anak kecil yang cengeng.

Hal itu disampaikan oleh Yoppy Rosimin pada acara talkshow bersama Aiman di Kompas TV.

Sebelumnya, keputusan PB Djarum ini ditanggapi oleh pemerhati anak, Seto Mulyadi.

Seto menganggap keputusan ini seperti anak kecil yang ngambek.

“Saya melihat ini kok kayak anak kecil yang sedang ngambek,” kata Seto Mulyadi saat dihubungi Kompas.com, Minggu (8/9/2019) malam.

Ketua Lembaga Anak Indonesia (LPAI) yang akrab disapa Kak Seto tersebut mengatakan, apa yang dilakukan oleh KPAI sudah benar.

Menurutnya, yang dilakukan oleh KPAI adalah hanya menunjuk peraturan soal larangan eksploitasi anak melalui iklan merek Djarum yang identik dengan produk rokok, dan bukan melarang audisinya.

Kak Seto mengungkapkan, Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 telah tertulis bahwa rokok merupakan zat adiktif yang berbahaya.

Sementara itu dilansir dari Youtube Kompas TV Rabu (11/9/2019), Yoppy Rosimin menegaskan kalau keputusan menghentikan audisi ini telah melalui proses yang panjang.

“Ya, audisi umum 2020 off, Djarum pamit. Karena sudah melalui proses panjang, sudah berapa kali ketemu, rapat koordinasi, semua tidak bisa menghasilkan solusi yang tepat,” kata Yoppy Rosimin.

Lebih lanjut Yoppy Rosimin juga mengatakan bahwa Djarum Batminton Club adalah perkumpulan bulu tangkis, dan audisi umum adalah event olahraga.

“Tapi pihak lain mengatakan bahwa Djarum Batminton Club adalah produk tembakau. Tidak pernah ketemu. Akhirnya terakhir tanggal 4 September, kita di rakor dengan difasilitasi oleh Menkopolhukam, di sana semua kepentingan hadir termasuk dari Kemenpora dan KPAI, dan lainny, dan pada saat itu kesepakatannya atau solusinya adalah bahwa undang-undang itu adalah zero tolerant kepada Djarum,” jelasnya.

Karena tak mau melanggar undang-undang, ia pun mengambil keputusan untuk menghentikan audisi umum tersebut.

“Karena zero toleran saya cuma minta dua, pertama saya minta audisi ini dijalankan sampai 2019 sebagai ibaratnya saya pamitan dengan anak-anak, yang kedua saya memutuskan audisi umum 2020 sementara off,” tandasnya.

Pada kesempatan itu, Aiman juga terhubungan dengan Komisioner KPAI Siti Hikmawati yang menjelaskan bahwa ada tiga poin yang disampaikan dalam rapat tersebut.

“Pertama, yakni mendorong Kemenpora untuk melakukan pengakomodir keinginan dari badan swasta, dalam hal ini olahraga tanpa bertentangan dengan anak. Kedua, sudah berusaha mengakomodir keinginan PB Djarum terkait dengan teknis jadi Pak Yoppy mengatakan ingin ada persentase di bawah 50 persen, tentang logo-logo,” jelasnya.

Menurutnya sudah dilakukan survei, sehingga semua sepakat kalau Djarum identik dengan produk rokok.

“Ya memang itu disampaikan demikian bahwa antara statement Djarum pada pokok permasalahannya ketika dilakukan survei, 1 persen mengatakan Djarum adalah alat jahit, 31 persen audiri badminton, sisanya adalah rokok. Nah dasarnya itu yang kita gunakan, jadi ketika semua kementerian itu mengatakan demikian, kesepakatan kita memang sama,” jelasnya.

Kemudian ketika ditanyakan solusinya dari KPAI, Siti Hikmawati menyerahkan kembali kepada PB Djarum.

Hal itu kemudian direspon oleh Yoppy Rosimin bahwa ia memiliki banyak solusi, di antaranya yakni mencari bibit baru dari turnament-turnament.

“Solusi lain banyak misalnya melakukan cara tradisional yaitu mengambil bibit dari turnament-turnament, bedanya kita tidak akan lagi menemukan bibit dari Lubuk Linggau, padahal mereka memiliki potensi, mereka tidak akan terjaring karena tidak bisa ikut turnamen karena keterbatasan ekonomi,” jelasnya.

Ia pun menegaskan kalau pihaknya sudah dalam keputusan bulat untuk menghentikan audisi di tahun 2020.

“Saya kalau dituduh melanggar undang-undang ya saya tidak mau, padahal saya sudah berupaya setengah mati untuk melakukan audisi umum. Tapi kalau dikatakan zero toleran ya sudah say good bye,” ujarnya.

Menurut Yoppy Rosimin, pihaknya sudah berupaya menghilangkan logo Djarum di baju anak.

“Kita sudah lakukan di Purwokerto, yang nempel di anak sudah kita ganti, kita hilangkan, tapi menyakitkan tuh ketika dikatakan zero toleran, pelatih pun yang umurnya sudah 30, 40 dan 50 tahun tidak boleh pakai Djarum Badminton Club. Oke kalau gitu ya sudah dong say good bye,” ujarnya.

Terakhir, ia menegaskan kalau dirinya bukan cengeng, namun dirinya tak mau melanggar undang-undang.

“Saya sudah menginisiasi seperti itu, tapi pada saat rakor zero toleran. Saya bukan memutuskan mendadak, saya bukan cengeng, saya bukan anak kecil, saya umurnya sudah 50 tahun, saya bukan nangis-nangis, nggak, saya sadar mengatakan stop karena saya tidak mau melanggar undang-undang,” tutupnya. tribunnews

 

Berikan Komentar Anda

comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here