JAKARTA – Gempa megathrust kembali diperbincangkan setelah Banten dilanda gempa magnitudo 7,4 yang kemudian dikoreksi menjadi magnitudo 6,9.
Gempa megathrust berasal dari apa yang disebut zona megathrust, yaitu zona tumbukan antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia.
Berdasarkan Peta Sumber Gempa Nasional 2017 yang diterbitkan oleh pemerintah melalui Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen), zona yang berpotensi memunculkan gempa megathrust di Jawa berada di tiga lokasi.
Tiga lokasi itu yakni wilayah perairan Selat Sunda, wilayah selatan perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah serta segmen Jawa Timur-Bali.
Zona gempa itu menyimpan potensi gempa besar karena energi dari gesekan dua lempeng itu masih tersimpan.
Kekuatan gempa di zona tersebut diperkirakan 8,6 hingga 9,0 skala richter (SR) dan menyebabkan tsunami.
Presiden Joko Widodo pun meminta agar info gempa megathrust tidak lagi ditutup-tutupi. Ia ingin masyarakat tahu dan teredukasi soal gempa Megathrust.
“Kita harus secara besar-besaran memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa daerah kita memang rawan bencana,” kata Jokowi dalam acara Rakornas BMKG di Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa (23/7/2019) lalu.
Jokowi menambahkan informasi soal gempa megathrust perlu disikapi dengan bijak.
“Seperti kemarin agak ramai potensi megathrust. Sampaikan apa adanya, memang ada potensi kok,” kata Jokowi.
BMKG Sudah Simulasi Gempa Megathrust
BMKG mengakui ancaman gempa besar atau megathrust tersebut. Bahkan, BMKG telah melakukan langkah antisipasi dengan simulasi gempa di berbagai wilayah.
“Semua potensi gempa bumi sudah kami simulasikan apabila gempanya di Nias, di Mentawai, Pulau Enggano, semua sudah kami modelkan kira-kira kalau gempa (megathrust) itu terjadi,” kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, di Kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (3/8).
BMKG sendiri menyadari bahwa ancaman gempa megathrust memang nyata di Indonesia. Tapi tidak ada yang mengetahui soal waktu gempa tersebut akan terjadi.
Karenanya, berbagai upaya terus dilakukan seperti simulasi gempa hingga membaca perkiraan para pakar akan potensi kekuatan gempa megathrust tersebut.
“Misalnya di Mentawai magnitudo 9.0 terus kami buat sebuah modeling kira-kira tsunaminya di situ tingginya berapa, waktu tibanya tsunami sampai ke Padang berapa, termasuk di daerah yang lain misal di selatan Jawa tentunya setiap modeling akan berbeda-beda,” ungkapnya.
Bagaimana Nasib Tersangka Penyebar Info Megathrust?

Martha Margaretha
Potensi gempa megathrust bukan isu baru. Para peneliti sudah lama mengungkapkan ancaman gempa besar itu. Namun, pemerintah menutup-nutupinya dengan alasan tidak ingin membuat masyarakat resah.
Tahun 2018 lalu, sejumlah pengguna media sosial ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka lantaran menyebarkan info gempa megathrust.
Para pengguna medsos yang ditangkap karena menyebakan info gempa megathrust di antaranya, Uril Unik Febrian, Bobby Kirojan, Dhany Ramdhany, Martha Margaretha, dan Malini.
Uril Unik Febrian, ditangkap di Sidoarjo karena mengunggah tulisan yang menyatakan kemungkinan gempa di Pulau Jawa khususnya Jakarta.
Bobby Kirojan ditangkap di Manado karena mengunggah tulisan tentang kemungkinan gempa di Pulau Jawa.
Selanjutnya tersangka Dhany Ramdhany ditangkap di Cipinang Jawa Timur karena memposting seolah-olah sangat mungkin terjadi Gempa di Pulau Jawa, khususnya Jakarta.
Sedangkan Martha Margaretha yang ditangkap di Surabaya. Ia mengunggah tulisan berisikan kemungkinan gempa megathrust di Pulau Jawa, khususnya Jakarta.
“Ia telah memposting konten berita hoaks berisi berita gempa megathrust pulau Jawa dan sangat mungkin terjadi di Jakarta diperkirakan berkekuatan 8,9 SR,” kata Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Brigjend Rachmad Wibowo dalam keterangan tertulisnya pada Kamis, 10 Oktober 2018.
Terakhir, polisi menangkap Malini di Pekanbaru. Malini ditangkap karena mengunggah tulisan prediksi BMKG yang menyebutkan bahwa bakal ada gempa di Jakarta dan sekitarnya dengan kekuatan 8,6 SR.