Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Utang Whoosh Membengkak, Prabowo Dihadapkan pada Restrukturisasi dan Dugaan Markup Proyek

Repelita Jakarta - Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero), Bobby Rasyidin, mengungkapkan bahwa pembahasan mengenai utang proyek kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh tidak menjadi fokus utama dalam pertemuannya dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka pada Senin sore, 3 November 2025.

Menurut Bobby, Presiden hanya menyinggung secara singkat persoalan utang dan restrukturisasi proyek Whoosh. Ia menyebut bahwa pembahasan lebih lanjut akan dilakukan dalam waktu dekat bersama pihak-pihak terkait. Bobby juga menyatakan bahwa koordinasi telah dilakukan dengan Danantara selaku holding KAI.

Ia menambahkan bahwa pertemuan tersebut lebih banyak membahas penambahan armada kereta untuk wilayah Jabodetabek. Fokus pembicaraan diarahkan pada peningkatan layanan transportasi publik di kawasan metropolitan.

Terkait dugaan markup dalam proyek Whoosh, Bobby menegaskan bahwa PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), yang berada di bawah naungan KAI, berkomitmen penuh terhadap kepatuhan hukum. Ia menyatakan dukungan terhadap proses penyelidikan dan permintaan data dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono, juga menghadap Presiden Prabowo pada hari yang sama untuk melaporkan skema restrukturisasi utang proyek Whoosh. AHY menyebut bahwa kesepakatan telah dicapai antara Kementerian Keuangan, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Ia menyampaikan bahwa laporan tersebut akan segera disampaikan kepada Presiden sebagai bagian dari upaya penyelesaian beban utang proyek. Dalam pernyataannya, AHY menyebut bahwa dirinya telah ditunggu di Istana untuk menyampaikan hasil koordinasi lintas kementerian.

Proyek Whoosh sendiri menelan biaya total sebesar US$7,26 miliar atau sekitar Rp119,79 triliun dengan kurs Rp16.500 per dolar AS. Angka tersebut mencakup pembengkakan biaya sebesar US$1,21 miliar dari nilai investasi awal yang ditetapkan sebesar US$6,05 miliar.

Sebagian besar dana proyek diperoleh melalui pinjaman dari China Development Bank (CDB) dengan bunga sebesar 3,3 persen dan tenor hingga 45 tahun. Skema pendanaan proyek menggunakan pendekatan business to business (B2B), di mana 75 persen berasal dari pinjaman luar negeri dan 25 persen dari ekuitas pemegang saham.

PT KAI bertindak sebagai pemimpin konsorsium dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), yang menjadi pemegang saham Indonesia dalam KCIC. Komposisi kepemilikan saham KCIC terdiri dari 60 persen milik PSBI dan 40 persen milik Beijing Yawan HSR Co. Ltd dari China.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved