![]()
Repelita Jakarta – Pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menyatakan siap bertanggung jawab atas proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh kini menjadi sorotan publik.
Respons tersebut muncul di tengah polemik utang proyek yang disebut mencapai ratusan triliun rupiah dan memicu beragam reaksi dari berbagai kalangan.
Salah satu kritik tajam datang dari penulis ternama Indonesia, Tere Liye, yang juga merupakan alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Melalui akun media sosialnya pada Selasa 4 November 2025, Tere Liye menyampaikan bahwa pernyataan Presiden seolah hanya simbolik, sementara beban sesungguhnya tetap ditanggung oleh rakyat.
Iya, Bapak yang 'menjawab', rakyat yang 'menanggung' sesungguhnya, tulis Tere Liye.
Ia menilai bahwa apapun bentuk solusi yang ditawarkan, proyek kereta cepat tetap menjadi tanggungan publik karena sumber pembiayaannya berasal dari dana negara.
Danantara? Yes, itu tetap duit rakyat juga. APBN? Apalagi yang ini, lanjutnya.
Tere Liye menyindir bahwa tidak ada proyek seperti ini yang dibiayai oleh dana pribadi pejabat, termasuk Prabowo, Gibran, maupun Jokowi.
Sejak kapan proyek-proyek beginian pakai duit pribadi pejabat-pejabat? Apalagi duit Prabowo, Gibran, Jokowi, tulisnya.
Ia menyebut bahwa pernyataan tanggung jawab dari pejabat yang terlibat justru menunjukkan sikap yang dianggap berlebihan dan tidak realistis.
Ini tuh halunya luar biasa jika ada pejabat-pejabat yang sok gagah mau bertanggung jawab soal kereta cepat, sambungnya.
Lebih lanjut, Tere Liye menuding bahwa ambisi menjadi pejabat seringkali didorong oleh kepentingan bisnis dan jaringan keluarga.
Yang ada, kamu-kamu sekalian maksa banget jadi pejabat, biar bisnis kamu jalan toh? Tidak macet. Biar anak mantu dapat pekerjaan, kritiknya.
Ia juga menyayangkan bahwa masyarakat Indonesia belum sepenuhnya kritis dalam memilih pemimpin dan masih terjebak dalam politik simbolik.
Sayangnya, rakyat Indonesia itu masih lamaaaa sekali pintarnya. Mereka lebih memilih jejeritan, joget-joget, dilempari kaos, sembako, amplop, tulisnya.
Bukan milih mana yang lebih masuk akal, mana yang lebih prioritas, dan betulan berdampak nyata ke penghasilan rakyat banyak, tutup Tere Liye. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

