Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Komet 3I/Atlas Bukan Kapal Alien, BRIN Tegaskan Spekulasi Tak Berdasar Ilmiah

Repelita Jakarta – Komet 3I/Atlas menjadi sorotan publik setelah sejumlah unggahan di media sosial menyebut benda langit tersebut sebagai kapal induk alien, memicu spekulasi liar di tengah masyarakat.

Spekulasi itu muncul karena komet ini sempat memancarkan sinyal tak biasa saat pertama kali terdeteksi di luar angkasa, sehingga memunculkan dugaan bahwa objek tersebut bukan sekadar komet biasa.

Namun, klaim tersebut langsung dibantah oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin, menegaskan bahwa tidak ada dasar ilmiah untuk menyebut komet 3I/Atlas sebagai pesawat luar angkasa milik makhluk asing.

Dalam pernyataannya pada Sabtu, 1 November 2025, Thomas menyebut bahwa astronom tidak akan berspekulasi di luar hasil observasi ilmiah, dan tidak ada alasan untuk menduga komet tersebut sebagai kendaraan alien.

Ia menjelaskan bahwa komet 3I/Atlas merupakan benda langit yang sangat tua dan berasal dari luar tata surya, termasuk dalam kategori interstellar object atau benda antarbintang yang melintas tanpa kembali.

Menurut Thomas, usia komet ini diperkirakan mencapai 7 miliar tahun, jauh lebih tua dibandingkan tata surya yang usianya sekitar 4,5 miliar tahun.

Penamaan komet ini mengikuti standar astronomi internasional, di mana angka “3” menunjukkan urutan penemuan sebagai objek antarbintang ketiga, huruf “I” merujuk pada istilah interstellar, dan “Atlas” adalah nama teleskop yang pertama kali mengamati komet tersebut.

Komet 3I/Atlas memiliki kecepatan luar biasa, yakni sekitar 215 ribu kilometer per jam, dengan inti komet diperkirakan berdiameter 25 ribu kilometer atau dua kali diameter Bumi.

Estimasi terbaru menyebutkan bahwa kepala komet yang tersusun dari gas karbon dioksida (CO₂) bisa mencapai 700 ribu kilometer, atau lima kali diameter planet Jupiter.

Orbit komet ini juga tidak biasa. Jika kebanyakan komet memiliki lintasan elips dan kembali mengelilingi matahari secara periodik, 3I/Atlas justru memiliki orbit berbentuk hiperbola.

Artinya, komet ini hanya akan melintas satu kali melewati tata surya dan tidak akan kembali mengorbit matahari.

Thomas menyampaikan bahwa masyarakat Indonesia berkesempatan menyaksikan fenomena langka ini pada Desember 2025, karena pada Oktober dan November posisinya terlalu dekat dengan arah matahari sehingga sulit terlihat.

Ia menambahkan bahwa komet akan meredup dan tak terlihat lagi setelah menjauh dari tata surya, sehingga momen pengamatan sangat terbatas.

Fenomena ini menjadi pengingat pentingnya literasi sains di tengah derasnya arus informasi di media sosial, agar masyarakat tidak mudah terpengaruh oleh klaim yang tidak berdasar.

Klarifikasi dari lembaga riset seperti BRIN dinilai krusial untuk mencegah penyebaran informasi yang menyesatkan dan menjaga akurasi pengetahuan publik.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved