Repelita Surakarta - Suasana berkabung masih menyelimuti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat setelah wafatnya Sinuhun Pakubuwono XIII pada Minggu, 2 November 2025. Aroma kemenyan dan tembang lirih yang mengalun di malam hari menjadi saksi bisu kepergian sang raja ke pangkuan Ilahi.
Kepergian Sinuhun tidak hanya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan para abdi dalem, tetapi juga membuka babak baru dalam sejarah keraton: siapa yang akan melanjutkan tampuk kepemimpinan di tengah tradisi dan harapan yang telah diwariskan selama berabad-abad.
Di tengah suasana kehilangan, Gusti Kanjeng Ratu Timoer Rumbai, putri mendiang Sinuhun, menyampaikan pesan penuh makna kepada seluruh keluarga besar keraton. Dalam nada lembut yang sarat kesedihan, ia mengajak semua pihak untuk menjaga kerukunan dan kebijaksanaan sebagaimana yang selalu diwasiatkan oleh ayahandanya.
Ia berharap agar dua putra laki-laki Sinuhun dapat saling mendukung dan bersatu dalam menentukan arah kepemimpinan keraton. “Semoga rukun seperti yang sudah didawuhkan Sinuhun. Apa yang beliau dawuhkan terlaksana. Karena ada dua putra laki-laki jadi saya berharap semua satu suara dan saling mendukung. Mana yang akan memimpin yang lainnya juga akan memimpin. Itu harapan saya,” ucap GKR Timoer.
Pesan tersebut menggema di antara para kerabat yang masih berkabung, menjadi pengingat bahwa warisan sejati seorang raja bukan hanya tahta dan pusaka, melainkan semangat guyub dan rukun yang menjaga marwah keraton.
Sebenarnya, arah suksesi telah mulai digariskan sejak beberapa tahun lalu. Pada Minggu, 27 Februari 2022, dalam upacara Tingalan Dalem Jumenengan memperingati kenaikan tahta ke-18 Sinuhun PB XIII, keraton secara resmi mengangkat Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Purbaya sebagai putra mahkota.
Dalam upacara sakral tersebut, Sinuhun menganugerahkan gelar kehormatan kepada sang putra: Gusti Pangeran Adipati Anom Hamengkunagoro Sudibyo Rajaputra Narendra Mataram. Gelar ini mengandung harapan agar kelak ia mampu menjadi pemimpin yang bijaksana dan membawa keraton menuju kemakmuran.
Pada momen yang sama, BRAy Asih Winarni, istri dari pernikahan ketiga Sinuhun, juga dinobatkan sebagai Gusti Kanjeng Ratu Pakubuwono XIII, permaisuri yang mendampingi sang raja hingga akhir hayatnya.
Namun, sebagaimana sejarah panjang Kasunanan yang kerap diwarnai dinamika, pengangkatan tersebut tidak serta-merta diterima semua pihak. Lembaga Dewan Adat menilai perlu ada pertimbangan lain dalam menentukan pewaris tahta.
Sebagai bentuk respons, LDA menggelar upacara penggantian nama bagi putra Sinuhun yang lain, KGPH Mangkubumi, yang secara resmi diberi gelar baru KGPH Hangabehi pada Sabtu, 24 Desember 2022. Langkah ini menjadi penanda bahwa arah suksesi di Keraton Surakarta tidak pernah lepas dari perdebatan antara tradisi, garis keturunan, dan restu adat.
Kini, sepeninggal Sinuhun PB XIII, masa depan keraton kembali berada di persimpangan sejarah. Keraton Surakarta bukan sekadar tempat bersemayam pusaka dan tradisi, tetapi simbol martabat budaya Jawa yang dijaga turun-temurun.
Harapan GKR Timoer menjadi penuntun di tengah duka, agar keluarga besar tetap bersatu, menjauh dari perpecahan, dan bersama menjaga warisan luhur yang telah dibangun selama berabad-abad.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

