Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Didi Irawadi Soroti Utang Whoosh: Prabowo Bayar Warisan Jokowi, Beban Anak Cucu Bukan Simbol Kemajuan

Repelita Jakarta - Mantan Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Didi Irawadi Syamsuddin, menyampaikan kritik tajam terhadap proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh yang disebutnya sebagai warisan utang dari Presiden ke-7 RI, Joko Widodo. Pernyataan tersebut disampaikan melalui unggahan Instagram pada Sabtu, 1 November 2025.

Didi menilai bahwa utang proyek tersebut akan menjadi beban berat bagi generasi mendatang. Ia menyebut bahwa Indonesia memang akhirnya memiliki kereta cepat, namun yang cepat bukan hanya lajunya, melainkan juga pembengkakan biaya, utang, dan klaim keberhasilannya.

Ia menyayangkan bahwa proyek ini awalnya dijanjikan tidak menggunakan dana APBN, namun kenyataannya rakyat justru harus menanggung bunga dan cicilan. Ia mengungkap bahwa nilai utang yang semula USD 6 miliar kini membengkak menjadi USD 8 miliar, dengan utang ke China Development Bank mencapai Rp116 triliun.

Menurut Didi, harga tiket Whoosh yang berkisar antara Rp250 ribu hingga Rp350 ribu lebih mencerminkan simbol gengsi daripada efisiensi. Ia menilai bahwa kecepatan 350 km/jam bukanlah kebutuhan utama masyarakat, melainkan bentuk kemewahan yang tidak relevan bagi sebagian besar warga.

Ia menyoroti kondisi di pelosok negeri yang masih jauh dari pembangunan, seperti warga yang harus menyeberang sungai tanpa jembatan dan ribuan jalan desa yang belum tersentuh pembangunan. Ia menyebut bahwa proyek Whoosh tidak visible sejak awal, namun tetap dipaksakan oleh pemerintah saat itu.

Didi menyebut bahwa utang sebesar Rp116 triliun kini menjadi bom waktu yang akan dibayar oleh anak cucu bangsa. Ia menambahkan bahwa pemerintahan Prabowo Subianto kini harus menanggung warisan utang dari era Jokowi.

Ia mengungkap bahwa proyek KCJB tidak masuk dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional 2030. Bahkan Menteri Perhubungan saat itu, Ignatius Jonan, tidak menyetujui proyek tersebut karena dinilai tidak efisien dan tidak sebanding antara biaya dan manfaatnya.

Didi menyesalkan bahwa proyek ini tetap dijalankan tanpa transparansi yang memadai. Ia menyebut bahwa setiap kilometer rel adalah cicilan masa depan dan setiap bunga pinjaman adalah beban bagi generasi penerus bangsa.

Berdasarkan informasi yang beredar, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sebagai anak usaha KAI dan pemegang saham terbesar di PT KCIC, mencatat kerugian sebesar Rp4,195 triliun pada tahun 2024. Kerugian berlanjut pada semester pertama 2025 dengan nilai Rp1,625 triliun.

Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa Kereta Cepat Whoosh hanya mengalami lonjakan penumpang saat musim liburan. Padahal, biaya investasi dan operasional proyek ini sangat tinggi dan terus membebani keuangan negara.

Didi menyebut bahwa kondisi ini harus menjadi pelajaran penting bagi pemerintahan saat ini. Ia menekankan bahwa setiap kebijakan yang menyangkut kepentingan publik harus dipertimbangkan secara matang, baik dari sisi manfaat maupun risikonya.

Ia menambahkan bahwa perusahaan BUMN yang sebelumnya sehat kini harus menanggung utang sebesar Rp2 triliun per tahun akibat penugasan proyek kereta cepat. Padahal, para pembantu presiden saat itu sudah memberikan peringatan sejak awal.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved