
Repelita Jakarta - Keinginan Ketua Umum Pro Jokowi (Projo) Budi Arie Setiadi untuk bergabung dengan Partai Gerindra dinilai sebagai langkah yang memperlihatkan dirinya sedang berada dalam tekanan politik yang serius.
Pengamat politik dari Citra Institute, Efriza, menyampaikan bahwa dorongan Budi Arie untuk masuk ke partai penguasa kemungkinan besar dilandasi oleh kebutuhan akan perlindungan politik.
Menurut Efriza, keputusan tersebut justru menyerupai tindakan bunuh diri secara politik, karena secara tidak langsung mengindikasikan bahwa Budi Arie sedang menghadapi persoalan pribadi yang serius, termasuk sorotan terhadap kasus judi online.
Ia juga menambahkan bahwa pengaruh Jokowi sebagai patron politik Budi Arie telah mengalami penurunan drastis dalam pemerintahan saat ini, sehingga tidak lagi mampu memberikan dukungan yang signifikan.
Efriza menilai bahwa posisi Budi Arie semakin terancam setelah dirinya tidak lagi menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika akibat reshuffle Kabinet Merah Putih.
Kondisi tersebut membuat kekuatan politik Budi Arie melemah, termasuk pengaruh organisasi Projo yang ikut merosot pasca pencopotan dirinya dari jabatan menteri.
Magister ilmu politik dari Universitas Nasional (UNAS) itu menyebut bahwa langkah Budi Arie untuk bergabung dengan Partai Gerindra merupakan pilihan yang paling realistis, meskipun sangat pragmatis dan penuh risiko.
Namun, ia menegaskan bahwa keputusan tersebut justru bisa menimbulkan dampak negatif bagi Partai Gerindra dan Presiden Prabowo secara pribadi.
Efriza menyampaikan bahwa meskipun secara organisasi langkah itu mungkin menguntungkan bagi Budi Arie dan Projo, namun secara pribadi bagi Presiden dan Ketua Umum Gerindra, nilai positifnya sangat kecil dan berpotensi memicu polemik besar di tengah masyarakat. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

