
Repelita Jakarta – Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, memberikan klarifikasi terkait tudingan bahwa dirinya telah menghempaskan Presiden ke-7 Joko Widodo dari organisasi relawan Projo.
Tudingan tersebut mencuat setelah Budi Arie menyampaikan rencana pengalihan dukungan dari Jokowi ke Prabowo Subianto dalam Kongres III Projo yang digelar pada Sabtu, 1 November 2025.
Dalam pernyataannya, Budi Arie juga mengungkapkan rencana untuk mengganti logo Projo yang selama ini identik dengan siluet wajah Jokowi, dengan alasan agar tidak mengkultuskan sosok mantan Kepala Negara tersebut.
Namun pada hari kedua kongres, Minggu, 2 November 2025, Budi Arie meralat pernyataan sebelumnya dan meminta media untuk tidak membingkai narasi seolah-olah Projo telah memutus hubungan dengan Jokowi.
Ia menegaskan bahwa Projo lahir karena adanya Jokowi dan meminta agar tidak ada upaya mengadu domba antara dirinya dan Presiden ke-7 tersebut.
"Projo ini lahir dari semangat perlunya lahirnya pemimpin rakyat yang ada yang bernama Bapak Joko Widodo. Jadi Projo itu sejatinya lahir karena ada seorang pemimpin rakyat yang harus lahir dari kandungan rakyat itu sendiri yang bernama Bapak Joko Widodo," ujar Budi Arie dalam Kongres III Projo di Hotel Sahid, Jakarta.
Budi Arie menyebut bahwa sejarah Projo tidak bisa dilepaskan dari sejarah kepemimpinan Jokowi selama dua periode, yakni dari tahun 2014 hingga 2024.
Ia mengaku heran dengan pemberitaan yang menyebut bahwa Projo telah berpisah dari Jokowi, dan menyebut framing tersebut sebagai bentuk adu domba yang berlebihan.
Sebelumnya, isu perpecahan antara Projo dan Jokowi mencuat setelah Budi Arie menyatakan bahwa nama Projo tidak merepresentasikan dukungan terhadap individu tertentu.
Pernyataan tersebut memicu perdebatan karena sejak awal berdiri pada tahun 2013, Projo dikenal sebagai singkatan dari Pro-Joko Widodo.
Namun Budi Arie menegaskan bahwa organisasi yang dipimpinnya tidak memiliki keterikatan formal dengan nama seorang tokoh, termasuk Jokowi.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

