Repelita Jakarta – Pernyataan mantan Presiden Joko Widodo yang menyebut proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh sebagai investasi sosial memicu reaksi dari berbagai kalangan, termasuk akademisi luar negeri.
Sosiolog perkotaan dari Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Profesor Sulfikar Amir, turut menyampaikan sindiran tajam terhadap pernyataan tersebut.
Melalui akun X pribadinya @sociotalker pada Senin, 27 Oktober 2025, Sulfikar menyinggung latar belakang pendidikan Jokowi yang belakangan ramai dipertanyakan.
Makanya kuliah yang benar biar paham investasi sosial itu naon (apa), cuit Sulfikar, dikutip Selasa.
Kasus dugaan ijazah palsu Jokowi kembali mencuat setelah ia tidak lagi menjabat sebagai presiden.
Sejumlah tokoh, termasuk pakar telematika Roy Suryo, mempertanyakan keabsahan ijazah Jokowi.
Sebagai respons atas tudingan tersebut, Jokowi telah melaporkan beberapa tokoh ke pihak kepolisian, termasuk Roy Suryo.
Hingga kini, proses hukum terkait dugaan ijazah palsu tersebut masih terus bergulir.
Cuitan Sulfikar yang menanggapi pernyataan Jokowi soal investasi sosial dalam proyek Whoosh mendapat perhatian luas dari netizen.
Banyak komentar bermunculan, sebagian besar mempertanyakan makna dari istilah investasi sosial yang digunakan Jokowi.
Beberapa netizen bahkan meminta penjelasan dari akun Grok, chatbot kecerdasan buatan milik Elon Musk, untuk memahami maksud dari istilah tersebut.
@grok, bisa jelaskan, apa yang dimaksud dengan investasi sosial?, tulis salah satu netizen.
Ngomong asal ngawur, ceplas ceplos bae pak bapak. tolong jelaskan investasi sosial itu apa @grok?, timpal netizen lainnya.
Sebelumnya, Jokowi memberikan penjelasan mengenai proyek Whoosh yang kini tengah diselidiki oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dugaan korupsi.
Ia menegaskan bahwa proyek tersebut sejak awal tidak dirancang untuk mengejar keuntungan finansial, melainkan sebagai bentuk investasi sosial jangka panjang.
Di tengah sorotan publik terhadap utang dan dugaan korupsi dalam proyek tersebut, Jokowi menekankan bahwa pembangunan transportasi massal harus dilihat sebagai pelayanan publik.
Transportasi massa, transportasi umum itu tidak diukur dari laba, tetapi adalah diukur dari keuntungan sosial, ujar Jokowi di Surakarta, Jawa Tengah.
Ia menjelaskan bahwa proyek Whoosh lahir dari kebutuhan untuk mengatasi kemacetan parah yang telah melumpuhkan wilayah Jabodetabek dan Bandung selama bertahun-tahun.
Menurutnya, kemacetan tersebut telah menyebabkan kerugian negara dalam jumlah besar.
Jokowi menyebut bahwa keuntungan dari proyek Whoosh bersifat non-finansial dan berdampak langsung pada kualitas hidup masyarakat.
Misalnya pengurangan emisi karbon, produktivitas dari masyarakat menjadi lebih baik, polusi yang berkurang, waktu tempuh yang bisa lebih cepat. Di situlah keuntungan sosial yang didapatkan dari pembangunan transportasi massa, ujarnya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

