Repelita Jakarta – Politikus PDI Perjuangan Ferdinand Hutahaean melontarkan kritik tajam terhadap Presiden ke-7 RI Joko Widodo terkait proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh.
Ferdinand menyampaikan pandangannya melalui akun Instagram pribadinya @ferdinand_hutahaean pada Kamis, 30 Oktober 2025, setelah menyimak pernyataan Jokowi mengenai proyek tersebut.
Ia menilai bahwa komentar Jokowi yang menyebut proyek Whoosh sebagai investasi sosial bukanlah bentuk kejujuran, melainkan manipulasi terhadap persepsi publik.
“Pesan ini terkhusus untuk Pak Jokowi dan para ternak-ternaknya yang selalu membenarkan apa yang dilakukan oleh Pak Jokowi,” tulis Ferdinand.
Ferdinand menyebut bahwa Jokowi berbicara seolah-olah memelas agar masyarakat percaya bahwa proyek tersebut tidak bertujuan mencari keuntungan.
“Saya mau mengatakan bahwa ini adalah manipulasi terhadap hati dan pikiran rakyat bapak berbicarara seolah-olah heroik bahwa ini adalah investasi sosial. Saya katakan itu adalah manipulasi dan kebohongan,” lanjutnya.
Ia mempertanyakan bagaimana Jokowi melobi pemerintah Cina agar bersedia berinvestasi dalam proyek yang disebut tidak mencari laba.
“Apakah bapak mengatakan kepada Cina wahai Mr Xi Jinping tolonglah investasi ini. Ini proyek investasi sosial dan tidak mencari laba, memang ada negara dan perusahaan setolol itu yang mau mengivestasi tidak untuk mencari laba, tidak untuk mencari untung?” tulis Ferdinand.
Ferdinand menduga bahwa pemerintah Indonesia sebenarnya mengajukan proposal berisi proyeksi keuntungan kepada Cina agar proyek tersebut dapat didanai.
“Sekarang anda bicara ini investasi sosial dan tidak mencari untung. Saya pikir itu hanya sebuah kebohongan yan terus-terus diucapkan untuk menutupi kebohongan yang sudah terjadi,” ujarnya.
Ia juga menyoroti kepemilikan saham Cina dalam proyek Whoosh yang mencapai 40 persen, dan mempertanyakan logika di balik investasi tersebut jika proyek dinilai merugi.
“Bagaiamana juga Cina mau memegang saham 40 persen kalau ini proyek rugi. Saya pikir Cina dan perusahaan kereta apinya tidak sebodoh bapaklah,” tegasnya.
Di sisi lain, sejumlah relawan Jokowi menyampaikan pembelaan terhadap proyek Whoosh yang kini menjadi sorotan publik.
Ketua Umum ProJo, Budi Arie Setiadi, menyebut proyek tersebut sebagai karya terbaik dan menyarankan agar jalurnya diperluas hingga ke Banyuwangi.
“Itu karya terbaik. Harusnya ditambahin kereta cepatnya ke Surabaya Banyuwangi. Bagus buat rakyat program itu,” ujarnya pada Jumat, 24 Oktober 2025.
Budi Arie menilai bahwa proyek Whoosh telah memberikan manfaat nyata bagi masyarakat meski diwarnai polemik utang jumbo.
“Kalau saya melihatnya itu udah berguna buat masyarakat,” katanya.
Ia juga menolak anggapan bahwa Jokowi harus bertanggung jawab atas utang proyek tersebut.
“Itu kan investasi [soal hutang]. Enggak lah [dikaitkan dengan Jokowi],” tambahnya.
Wakil Ketua Umum Bara JP, David Pajung, menyebut proyek Whoosh sebagai prestasi besar karena hanya Indonesia di Asia Tenggara yang memiliki kereta cepat.
“Terbaik karena ini merupakan proyek prestisius ya,” ujarnya dalam program Kompas Petang pada Jumat, 24 Oktober 2025.
David juga membandingkan proyek Whoosh dengan Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai dua proyek strategis nasional yang membawa dampak besar.
“Sama. Kalau IKN kan proyek strategis nasional. Kalau Whoosh ini kan adalah proyek untuk memecah kebuntuan atau kebutuhan transportasi massal di republik ini,” katanya.
Wakil Ketua Umum ProJo lainnya, Freddy Alex Damanik, menyebut bahwa secara bisnis proyek Whoosh sudah menunjukkan hasil positif.
“Kenapa rasional? Karena 2 tahun ini berjalan, EBITDA-nya sudah positif. Artinya, proyeksi bisnisnya ini ke depan sangat baik karena kemungkinan, karena EBITDA-nya positif bisa membiayai dirinya,” ujarnya dalam dialog Overview pada Rabu, 29 Oktober 2025.
Freddy juga mendukung langkah KPK untuk mengusut dugaan korupsi dalam proyek tersebut.
“Korupsinya tetap harus diselidiki, siapa pun yang terlibat. Saya rasa yang terakhir, saya sampaikan tetap ini menjadi karya monumental, karya prestasi luar biasa dari Pak Jokowi,” tegasnya.
Ia menilai bahwa proyek Whoosh bukanlah beban negara, melainkan simbol kemajuan dan lompatan peradaban.
“Sekali lagi kereta cepat Whoosh ini bukan beban, tetapi bukti bahwa mimpi besar kita bisa wujudkan tanpa membebani rakyat,” tuturnya.
Sementara itu, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan penolakan terhadap penggunaan APBN untuk membayar utang proyek Whoosh.
Ia menegaskan bahwa tanggung jawab pembayaran utang berada di tangan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang berada di bawah pengelolaan Danantara.
“Kan KCIC di bawah Danantara ya, kalau di bawah Danantara kan mereka sudah punya manajemen sendiri, punya dividen sendiri yang rata-rata setahun bisa dapat Rp 80 triliun atau lebih. Harusnya mereka manage (utang KCJB) dari situ. Jangan kita lagi,” ujarnya pada Rabu, 29 Oktober 2025.
Purbaya juga menyebut bahwa proyek Whoosh memiliki misi pengembangan kawasan, meski dampaknya belum sepenuhnya terasa.
“(Pernyataan Jokowi) ada betulnya juga sedikit, karena kan Whoosh sebetulnya ada misi regional development juga kan,” ujarnya pada Selasa, 28 Oktober 2025.
Ia berharap agar pemerintah dapat memastikan pertumbuhan ekonomi di titik-titik pemberhentian kereta cepat seperti Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalluar.
“Mungkin di mana ada pemberhentian di sekitar jalur Whoosh supaya ekonomi sekitar tumbuh itu harus dikembangkan ke depan. Jadi ada betulnya,” katanya.
Presiden Jokowi sebelumnya menyampaikan bahwa proyek Whoosh bukan bertujuan mencari laba, melainkan untuk mengatasi kemacetan dan meningkatkan efisiensi transportasi.
“Prinsip dasar transportasi massal atau transportasi umum adalah layanan publik, bukan mencari laba,” ujarnya di Solo pada Senin, 27 Oktober 2025.
Ia menambahkan bahwa keuntungan sosial dari proyek tersebut meliputi pengurangan emisi karbon, peningkatan produktivitas, dan waktu tempuh yang lebih cepat.
“Transportasi massal atau transportasi umum tidak diukur dari laba, tapi dari keuntungan sosial, social return of investment,” jelasnya.
Jokowi juga menyebut bahwa kemacetan di Jabodetabek dan Bandung menyebabkan kerugian negara hingga Rp 100 triliun per tahun.
“Di Jakarta saja kira-kira Rp65 triliun per tahun. Kalau Jabodetabek plus Bandung, kira-kira di atas Rp100 triliun per tahun,” tuturnya.
Proyek Whoosh, menurut Jokowi, merupakan bagian dari solusi transportasi massal bersama MRT, LRT, KRL, dan Kereta Bandara.
“Tujuannya agar masyarakat beralih dari kendaraan pribadi seperti mobil atau sepeda motor ke transportasi massal, sehingga kerugian akibat kemacetan bisa dikurangi,” katanya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

