Pukat UGM Nilai Jokowi Abai Memitigasi Kerugian Proyek Whoosh

 

Repelita Jakarta - Penjelasan mantan Presiden Joko Widodo mengenai kerugian proyek kereta cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh dinilai belum menyentuh akar persoalan yang menjadi inti masalah pembangunan transportasi tersebut.

Peneliti dari Pusat Kajian Antikorupsi (Pukat) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Zaenur Rohman, mengatakan bahwa kerugian dalam proyek transportasi bisa dimaklumi bila sejak awal telah dihitung dan diantisipasi dalam perencanaan. Namun, persoalan menjadi serius apabila kerugian itu justru muncul karena perencanaan yang tidak matang.

“Kata Pak Jokowi, transportasi tidak apa-apa rugi. Iya, tidak apa-apa kalau kerugiannya memang sudah direncanakan, dimitigasi, dan dimafhumi sejak awal. Tapi kalau kerugian itu ternyata ekstrem dan tidak diperkirakan sebelumnya, itu masalah besar,” ujar Zaenur Rohman dikutip Selasa, 28 Oktober 2025.

Ia menambahkan, fakta di lapangan menunjukkan bahwa besarnya kerugian proyek Whoosh justru mengejutkan banyak pihak, termasuk pemerintah yang kini berkuasa.

Hal itu terlihat dari sikap pemerintahan Presiden Prabowo Subianto melalui Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang menolak penggunaan dana APBN untuk membayar utang proyek tersebut kepada pihak China.

Menurut Zaenur, kerugian yang kini mencapai sekitar Rp116 triliun sebagaimana dilaporkan PT KAI tidak pernah diperhitungkan secara akurat pada masa pemerintahan sebelumnya.

“Kita perlu bertanya lagi, mengapa praktik pembangunan dan operasionalnya jauh berbeda dari perencanaan? Apakah perencanaannya tidak presisi, atau ada unsur penyimpangan seperti markup? Karena itu, perlu dilakukan audit menyeluruh oleh KPK,” tegasnya. (*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga