Repelita Berlin - Perdana Menteri Albania Edi Rama mengumumkan bahwa Diella, menteri kecerdasan buatan pertama di dunia, kini tengah “hamil” dan akan memiliki 83 anak yang akan berperan sebagai asisten digital bagi setiap anggota parlemen dari Partai Sosialis.
Dalam pernyataannya pada forum global di Berlin, Minggu, 26 Oktober 2025, Rama mengatakan langkah itu menjadi tonggak baru dalam penerapan teknologi di pemerintahan.
“Kami mengambil risiko besar hari ini dengan Diella dan hasilnya luar biasa. Untuk pertama kalinya, Diella hamil dan memiliki 83 anak,” ujarnya di hadapan peserta forum tersebut.
Rama menjelaskan bahwa masing-masing “anak” Diella akan ditugaskan untuk mendampingi satu dari 83 anggota parlemen partainya.
Mereka akan berfungsi sebagai asisten pribadi yang memantau jalannya sidang, mencatat setiap keputusan, dan memberikan saran terkait kebijakan serta hal-hal yang terlewat oleh para legislator.
Ia menambahkan, sistem tersebut diharapkan dapat beroperasi penuh pada akhir tahun 2026 dan menjadi bagian dari transformasi digital pemerintahan Albania.
“Setiap anak akan menjadi asisten yang hadir di ruang sidang, mencatat segala yang terjadi, dan memberi masukan kepada anggota parlemen. Mereka akan memiliki pengetahuan yang sama dengan ibunya,” kata Rama sambil tersenyum.
Dengan nada bercanda, Rama juga menambahkan, jika seorang anggota parlemen keluar untuk minum kopi dan lupa kembali, maka asisten digital itu akan memberitahukan apa saja yang dibahas selama ia pergi.
Diella sendiri pertama kali diperkenalkan pada Januari 2025 sebagai asisten virtual dalam platform e-Albania yang membantu masyarakat mengurus dokumen secara daring.
Namun, pada September 2025, Rama membuat langkah mengejutkan dengan mengangkat Diella sebagai Menteri Negara.
Langkah ini menjadikannya entitas non-manusia pertama di dunia yang secara resmi menduduki jabatan pemerintahan.
Nama Diella yang berarti “matahari” dalam bahasa Albania kini menjadi simbol dari era baru birokrasi digital.
Rama menegaskan, Diella diberi kewenangan untuk memastikan seluruh proses tender publik berjalan transparan dan bebas dari praktik korupsi.
“Setiap dana publik yang diajukan dalam proses tender akan benar-benar transparan,” tegasnya.
Dalam sejumlah sidang pemerintahan, Diella tampil di layar besar menggantikan kehadiran pejabat manusia dengan visual perempuan berbusana tradisional Albania.
Inovasi ini menuai beragam reaksi dari publik.
Reuters menyebut penunjukan Diella sebagai “langkah radikal” yang dimaksudkan untuk menghapus campur tangan manusia dari proses pengadaan publik yang selama ini dianggap rawan penyimpangan.
Sementara itu, kalangan oposisi di Albania menilai kebijakan tersebut hanya sebagai pertunjukan politik digital yang tidak memiliki substansi nyata.
Meski demikian, Rama tetap yakin bahwa integrasi kecerdasan buatan ke dalam struktur pemerintahan akan membawa perubahan besar menuju efisiensi dan akuntabilitas.
“Jika sebelumnya Diella melayani publik melalui internet, kini ia akan bekerja di jantung pemerintahan,” ucapnya.
Namun, sejumlah pakar memperingatkan bahwa kebijakan ini membuka wilayah hukum dan etika baru yang perlu diatur secara ketat.
Beberapa analis menilai bahwa tanpa pengawasan yang kuat, sistem berbasis AI justru dapat mempercepat penyebaran bias dalam pengambilan keputusan politik.
Seorang komentator lokal bahkan berujar dengan nada sindiran, “Bahkan Diella pun bisa dikorupsi di Albania.”
Rama menegaskan pihaknya telah menyiapkan mekanisme kontrol yang jelas untuk memastikan sistem ini berjalan sesuai tujuan awal.
“Kami akan melangkah bersama Diella,” tutupnya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

