Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

LPJK Ungkap Alasan Biaya Whoosh Lebih Tinggi dari Kereta Cepat Arab Saudi: Pembebasan Lahan dan Konstruksi Kompleks

 RI Malu Besar Kalau Natuna Disita China Gegara Utang Whoosh

Repelita Jakarta – Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum Taufik Widjojono menjelaskan perbedaan biaya pembangunan kereta cepat Whoosh di Indonesia dengan proyek serupa di Arab Saudi, Haramain High Speed Rail (HHR).

Pernyataan ini disampaikan Taufik pada Jumat 24 Oktober 2025, menanggapi perbandingan biaya yang ramai dibahas di media sosial.

Ia menyebut bahwa terdapat dua faktor utama yang menyebabkan biaya pembangunan Whoosh lebih tinggi, yakni kerumitan pembebasan lahan dan jenis teknologi konstruksi yang digunakan sepanjang jalur proyek.

Menurut Taufik, perbedaan biaya antara Whoosh dan HHR merupakan hal yang wajar karena setiap proyek memiliki karakteristik dan kompleksitas yang berbeda tergantung pada lokasi dan kondisi geografisnya.

Ia menambahkan bahwa harga rolling stock dan sistem persinyalan juga menjadi faktor pembeda, meskipun secara umum dianggap standar.

Selain itu, biaya proyek juga dipengaruhi oleh kondisi lokal dan tingkat kesulitan infrastruktur yang dibangun.

Taufik merinci sejumlah komponen biaya yang memengaruhi total investasi proyek Whoosh, antara lain biaya operasional penyelenggara, studi kelayakan, proses lelang dan kontraktor, pembebasan lahan, konstruksi fisik, operasional, pemeliharaan, keuangan, serta pengembalian biaya melalui area komersial.

Ia menekankan bahwa struktur jalan rel Whoosh lebih mahal karena sebagian besar dibangun dalam bentuk jembatan layang dan terowongan, bukan di atas tanah seperti HHR.

“Karena Whoosh sebagian besar dibangun melayang dan menembus bukit atau gunung, biaya konstruksi per kilometer menjadi sangat tinggi,” ujar Taufik.

Struktur layang tersebut diperlukan untuk menghindari persimpangan sebidang, mengatasi kontur geologis yang kompleks, serta menyesuaikan dengan kepadatan penduduk di sepanjang jalur.

Sebaliknya, HHR dibangun di atas tanah datar di wilayah gurun dengan kepadatan penduduk yang rendah dan risiko bencana yang minimal.

Taufik juga menyoroti bahwa pembebasan lahan menjadi tantangan besar dalam proyek Whoosh karena harus melewati sembilan kabupaten dan kota dengan kepadatan tinggi.

Kondisi geologis di jalur Whoosh juga rentan terhadap gempa, longsor, dan tanah lunak, sehingga membutuhkan struktur tahan gempa dan fondasi dalam yang kuat.

Berikut ini perbandingan kompleksitas antara proyek Whoosh dan HHR:

Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh) memiliki panjang trase sekitar 142,3 kilometer dengan tingkat kompleksitas sangat tinggi.

Jenis konstruksi didominasi oleh struktur layang sepanjang 83,30 kilometer (58,5 persen), terowongan 16,82 kilometer (11,8 persen), dan sisanya subgrade atau di atas tanah sepanjang 41,68 kilometer (29,3 persen).

Jalur ini melintasi kawasan padat penduduk, pegunungan, lembah, serta daerah rawan gempa seperti Sesar Lembang, Baribis, dan Cimandiri.

Whoosh memiliki empat stasiun utama yaitu Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalluar.

Sementara itu, Haramain High Speed Rail (HHR) memiliki panjang trase 450 kilometer dengan kompleksitas yang relatif rendah.

Konstruksi didominasi oleh pembangunan di atas tanah datar di wilayah gurun, dengan risiko gempa yang sangat kecil.

Jalur HHR dibangun di atas median jalan raya Haramain Road dan melayani lima stasiun utama yaitu Mekkah, Jeddah, Bandara Jeddah, Kota Ekonomi Raja Abdullah, dan Madinah.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved