Repelita Penajam Paser Utara – Media Inggris The Guardian menyoroti proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan nada kritis dan menyebutnya sebagai kota yang terancam menjadi kota hantu.
Dalam artikel yang dipublikasikan pada Rabu 29 Oktober 2025, The Guardian menggambarkan Nusantara sebagai ibu kota utopis yang muncul tiba-tiba di tengah hutan, dengan jalan raya lebar yang mengarah ke istana berhias garuda bersayap emas.
Namun, suasana kota disebut sepi, hanya diisi oleh tukang kebun dan wisatawan, sementara gedung-gedung futuristik berdiri di tengah jalanan yang kosong.
Salah satu alasan utama yang dikemukakan adalah penurunan drastis anggaran negara untuk pembangunan IKN di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Anggaran yang semula sebesar £2 miliar pada tahun 2024, turun menjadi £700 juta pada 2025, dan hanya £300 juta yang dialokasikan untuk tahun berikutnya, sepertiga dari jumlah yang diminta.
Investasi swasta juga dilaporkan menurun lebih dari £1 miliar dari target, memperkuat kesan pesimistis terhadap kelanjutan proyek.
The Guardian mencatat bahwa Presiden Prabowo belum pernah mengunjungi IKN sejak menjabat dan telah menurunkan status Nusantara menjadi ibu kota politik pada Mei 2025.
Artikel tersebut juga menyebut bahwa kepala dan wakil kepala badan pengawas ibu kota mengundurkan diri pada tahun sebelumnya, dan jumlah penduduk IKN saat ini hanya sekitar 10.000 orang, jauh dari target 2030 sebesar 1,2 juta.
Meski sejumlah infrastruktur telah dibangun, seperti apartemen, gedung kementerian, rumah sakit, jalan raya, sistem air, dan bandara, sebagian besar wilayah Nusantara masih dalam tahap konstruksi.
Herdiansyah Hamzah, pakar hukum tata negara dari Universitas Mulawarman, menyebut proyek tersebut sudah menjadi kota hantu dan status ibu kota politik tidak memiliki dasar hukum yang jelas.
Ia menilai bahwa proyek IKN bukanlah prioritas politik bagi Presiden Prabowo dan menggambarkan posisinya sebagai tidak mau mati, tidak mau hidup.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

