Repelita Papua - Isu-isu di tanah Papua tak hanya menjadi sorotan di panggung politik dan lingkungan, tetapi juga disuarakan melalui karya seni, termasuk musik.
Sejumlah musisi Tanah Air menciptakan lagu-lagu yang menyoroti ketidakadilan, eksploitasi sumber daya alam, hingga penderitaan masyarakat Papua yang masih berlangsung hingga kini.
Lewat lirik yang tajam dan emosional, mereka menyuarakan keresahan yang selama ini dirasakan rakyat Papua.
Berikut tiga lagu yang menyoroti berbagai isu di Papua:
Lagu pertama berjudul Lembah Baliem dibawakan Slank dan dirilis dalam album Virus pada 2001.
Lagu ini menggambarkan kehidupan sederhana masyarakat Papua di Lembah Baliem dan kontras dengan kenyataan adanya aktivitas tambang yang merusak hutan mereka.
Dengan lirik seperti Aku gak ngerti ada banyak tambang, yang aku tahu banyak hutan yang hilang, Slank menyuarakan hilangnya sumber penghidupan masyarakat karena eksploitasi.
Lagu ini juga menyisipkan potongan lagu rakyat Yamko Rambe Yamko di bagian akhir, menciptakan suasana getir dan reflektif.
Lagu kedua datang dari penyanyi folk Oscar Lolang berjudul Eastern Man.
Dengan petikan gitar sederhana dan lirik berbahasa Inggris yang menyayat, lagu ini menceritakan tentang sosok pria Papua yang tetap tersenyum meski menyimpan luka.
Oscar menyisipkan lirik berbahasa daerah Papua seperti Sa pu mama mati karena tentara, Sa pu rumah hancur karena tentara, menggambarkan penderitaan yang dialami akibat kekerasan dan penggusuran.
Meski Papua kaya akan sumber daya, lagu ini menunjukkan bahwa kekayaan tersebut justru membawa darah dan kesengsaraan, bukan kesejahteraan.
Lagu ketiga adalah Tanah Papua karya Doddie Latuharhary yang dirilis pada 2017.
Dengan nuansa etnik dan kicau burung khas Papua, lagu ini melukiskan betapa indahnya tanah kelahiran masyarakat Papua.
Lewat bait Seluas tanah sebanyak madu, Doddie menyampaikan kekayaan alam yang luar biasa.
Namun, dalam lirik selanjutnya ia menegaskan bahwa meski langit terbelah dan situasi memburuk, identitas mereka tak tergoyahkan: Aku tetap Papua.
Ketiga lagu ini bukan hanya hiburan, melainkan bentuk perlawanan dan pengingat tentang luka yang belum sembuh di bumi Papua.
Mereka menyuarakan suara-suara yang sering dibungkam dan merekam jejak penderitaan yang terus berulang. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok