Repelita Jakarta - Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Prof. Saiful Mujani, mengkritik pelaksanaan program makan bergizi gratis (MBG) yang dianggap kurang tepat sasaran.
Ia menceritakan pengalaman pribadi dari seseorang yang dekat dengannya.
Menurutnya, ada anak yang menolak makan dari program MBG karena terbiasa makan makanan hangat yang diantar langsung oleh orang tua.
Kasus ini bahkan sampai membuat pihak sekolah memanggil orang tua siswa tersebut.
Saiful menyampaikan kekhawatirannya bahwa program ini justru berpotensi menjadi proyek politik yang kurang berdampak positif.
Ia menekankan bahwa bantuan seharusnya diberikan hanya kepada mereka yang benar-benar membutuhkan.
Menurutnya, pemberian bantuan secara merata tanpa seleksi bisa memunculkan keraguan terkait tujuan program tersebut, bahkan menimbulkan dugaan adanya kepentingan kelompok tertentu.
Saiful juga mempertanyakan kesulitan dalam membedakan siapa yang layak menerima bantuan dan yang tidak.
Ia menilai sistem yang ada saat ini kurang efektif dan cenderung mengejar kuota tanpa mempertimbangkan kebutuhan sesungguhnya.
Sebelumnya, program MBG di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, dihentikan sementara sejak Jumat lalu untuk menyesuaikan sistem administrasi keuangan.
Penghentian ini dilakukan oleh Badan Gizi Nasional bersama yayasan pengelola program untuk memperbaiki tata kelola dan transparansi dana.
Komandan Kodim 0802/Ponorogo, Letkol Inf Dwi Soerjono, menjelaskan bahwa penghentian tersebut bukan permanen, melainkan jeda selama perbaikan sistem dilakukan.
Sistem pengajuan dan pencairan dana diubah agar lebih efisien, dengan pengajuan dana dilakukan di awal bulan untuk kebutuhan bulan berikutnya.
Perubahan ini bertujuan agar operasional dapur berjalan lancar tanpa hambatan finansial.
Saat ini seluruh dapur MBG menunggu aktivasi sistem baru yang tengah disiapkan oleh yayasan dan Badan Gizi Nasional.
Setelah sistem baru siap, program akan kembali berjalan seperti sebelumnya dengan jumlah penerima manfaat tetap sama.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok