![]()
Repelita Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia mengungkapkan adanya dugaan bahwa keterlambatan pengembangan blok migas bukan hanya karena kendala teknis.
Ia mencurigai ada pihak-pihak yang sengaja menghambat proses pengembangan tersebut.
Dalam forum energi di Jakarta, Bahlil menyatakan bahwa kondisi ini membuat Indonesia makin bergantung pada impor bahan bakar minyak.
Menurutnya, ketergantungan impor migas bisa saja merupakan hasil dari skenario yang disengaja.
Ia mempertanyakan apakah Indonesia benar-benar kehabisan sumber daya alam atau sengaja menurunkan produksinya agar impor terus berlangsung.
“Apakah memang Indonesia sudah tidak punya sumber daya alam atau masih ada? Atau sengaja diturunkan agar impor terus? Menurut saya, ini ada unsur kesengajaan, by design,” kata Bahlil.
Bahlil menjelaskan bahwa Indonesia memiliki hampir 40 ribu sumur migas, tetapi yang produktif hanya sekitar 20 ribu sumur.
Pemerintah telah mengeluarkan izin pengelolaan wilayah kerja bagi kontraktor migas untuk mempercepat produksi dan mengoptimalkan potensi nasional.
Namun kenyataannya, terdapat 301 hasil eksplorasi yang belum memasuki tahap plan of development (POD).
“Ternyata kita sudah punya 301 hasil eksplorasi yang belum POD. Ini dibuat mundur-mundur,” ujarnya.
Kementerian ESDM siap mengevaluasi kontraktor yang tidak segera menindaklanjuti wilayah kerja yang sudah diberikan.
Jika perlu, pemerintah akan menarik wilayah kerja tersebut dan menyerahkannya ke kontraktor lain yang lebih siap.
Bahlil berharap dengan langkah ini produksi migas nasional bisa meningkat sehingga impor BBM bisa ditekan, terutama impor dari Singapura.
“Masa kita impor dari negara yang tidak ada minyaknya. Menurut saya, ini by design. Hanya orang-orang yang tidak berpikir jauh yang tidak mengatakan ini tidak by design,” tambahnya.
Sebelumnya, Bahlil juga mengungkapkan ada 10 wilayah kerja migas yang sudah di tahap POD namun tidak menunjukkan kemajuan.
Sebagian besar blok-blok tersebut berada di wilayah laut atau offshore.
Wilayah kerja mangkrak ini memiliki potensi investasi mencapai 1,8 miliar dolar AS.
Kapasitas produksi yang bisa dihasilkan diperkirakan 51,35 juta barel minyak atau sekitar 31.300 barel per hari.
Selain itu, cadangan gas diperkirakan mencapai 600 BCF.
Terdapat juga 17 wilayah kerja lain yang masuk tahap POD tapi mengalami penundaan onstream.
Estimasi produksi dari 17 wilayah ini sekitar 306 juta barel minyak dan 18.351 BCF gas.
Dugaan adanya skenario penundaan ini perlu diusut agar tata kelola migas lebih baik dan realisasi POD bisa dipercepat.
Jika benar ada desain ketergantungan impor migas, pemerintah harus segera mengambil tindakan tegas.
Hal ini penting agar ketahanan energi nasional tidak terus terganggu oleh kepentingan mafia.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

