Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Usai Habib Rizieq, Giliran Habib Bahar Rela Mati Daripada Diperbudak Asing

 Usai Habib Rizieq Shihab menyuarakan perlawanan untuk membela rakyat Pulau Rempang, giliran mantan tokoh FPI Habib Bahar bin Smith terlihat menggebu-gebu mengutuk pihak-pihak yang disebutnya zalim merampas tanah rakyat.

Seperti diketahui belakangan ini Pulau Rempang mendapat banyak sorotan berbagai pihak terutama warga yang terus menolak direlokasi.

Dalam ceramahnya itu, Habib Bahar mengingatkan agar warga Rempang tidak merasa takut mempertahankan hak-hak mereka untuk tetap menetap di tanah leluhur.

"Saudaraku, masyarakat Rempang, jangan pernah kalian tunduk pada penindasan. Jangan pernah kalian tunduk pada kezaliman dan ketidakadilan," kata Habib Bahar dilansir dari Youtube Sayyid Bahar bin Sumaith Official, Selasa (26/9/2023).

Ditegaskan Habib Bahar, seluruh putra-putri bangsa, pemuda-pemudi harus tetap berdiri tegak bersama-sama dengan warga Rempang.

"Kami putra putri bangsa, pemuda pemudi Indonesia, berdiri tegak bersama-sama dengan kalian," tukasnya.

"Di bawah naungan keadilan, kibaran merah putih, bentangan sayap Garuda, kita sama-sama mencari keadilan di negara yang kita cintai, Negara Kesatuan Republik Indonesia," sambung Habib Bahar. 

Diikuti teriakan kata 'Aamiin' jemaah, Habib Bahar berdoa agar Tuhan menghancurkan para pemimpin yang zalim dan mengambil hak-hak rakyat.

"Mudah-mudahan Allah hancurkan para pemimpin yang zalim, yang mengambil hak-hak rakyat," imbuhnya.

Ia bahkan menyerukan rela mati daripada diperbudak asing.

"Saya Bahar bin Smith bersumpah Demi Allah masyarakat Rempang tidak sendiri, darah mereka darah kita, keringat mereka keringat kita," ujarnya berapi-api.

Sekadar diketahui, konflik agraria di Pulau Rempang menjadi pemicu warga terpaksa melakukan perlawanan.

Lahan seluas 7.572 hektar di Pulau tersebut menjadi target lahan proyek strategis nasional dan akan dibangun pabrik kaca milik perusahaan China Xinyi Group dalam kawasan Rempang Eco-Park. 

Kerjasama itu diperkirakan akan mampu menarik investasi hingga ratusan triliun rupiah.

Namun di balik rencana tersebut pemerintah dan investor harus berhadapan dengan warga yang tinggal di 16 kampung adat Melayu.

Mereka menolak keras pembangunan proyek tersebut. Aksi demo besar-besaran tak terhindarkan, hingga menyebabkan bentrokan antara warga Pulau Rempang dengan aparat di kantor BP Batam.

Merasa terancam dan enggan untuk direlokasi, warga Rempang melakukan unjuk rasa.

Mereka menolak rencana relokasi penduduk Pulau Rempang, Batam yang berjumlah kurang lebih 7.500 jiwa karena adanya proyek pembangunan Rempang Eco-City.

Kawasan Rempang Eco-City ini akan digarap oleh PT Makmur Elok Graha (MEG), anak perusahaan Grup Artha Graha milik Tomy Winata. Untuk tahap awal, PT MEG menggandeng perusahaan Xinyi Glass Holdings Ltd untuk membangun pabrik panel surya di Pulau Rempang.

Sementara itu, Presiden Jokowi menegaskan bahwa penyelesaian masalah Rempang harus dilakukan secara baik dengan tetap mengedepankan kepentingan masyarakat sekitar. 

“Tadi Bapak Presiden dalam arahan rapat pertama adalah untuk penyelesaian masalah Rempang harus dilakukan secara baik, secara betul-betul kekeluargaan, dan tetap mengedepankan hak-hak dan kepentingan masyarakat di sekitar di mana lokasi itu diadakan,” ujar Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, dalam keterangan persnya usai mengikuti rapat terbatas (ratas) membahas persoalan lahan di Pulau Rempang, di Istana Merdeka, Jakarta. (Muhsin/fajar)

Sumber Berita / Artikel Asli : fajar

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved