Pengamat politik sekaligus akademisi Rocky Gerung menyebut Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres) hasil barter.
Hal tersebut diungkapkannya karena munculnya isu Ganjar telah teken kontrak politik dengan PDIP saat ditunjuk sebagai capres 2024 oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Alasan Rocky menyebut Ganjar sebagai capres hasil barter ialah karena Gubernur Jawa Tengah itu dianggap tidak bisa berbuat banyak misalkan nanti terpilih menjadi presiden.
Ia mengungkap ada empat poin perjanjian antara Ganjar dengan PDIP.
Pertama ialah Ganjar harus meneruskan ajaran Bung Karno. Untuk poin kedua, calon wakil presiden (cawapres) yang mendampingi Ganjar ditentukan oleh partai.
Sementara untuk yang keempat, PDIP juga ikut turun tangan dalam penentuan menteri di kabinet.
"Saya kira ini akan membuat partai-partai lain berpikir ulang nih untuk berkoalisi dengan PDIP. Dan poin yang keempat, yaitu soal jangan campuri urusan suksesi di PDIP,” ucap Hersubeno saat berbincang dengan Rocky di YouTube channelnya, Selasa (13/6/2023).
Rocky lantas berkomentar kalau Ganjar itu tidak berbeda dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang disebutnya sebagai pemimpin hasil transaksi dengan partai.
“Jadi Ganjar yang paling lemah, apalagi untuk menentukan komposisi kabinetnya dan wakil presidennya, dia gak bisa,” tuturnya,
“Saya kira itu yang menjadi isu sekarang, orang mulai bertanya ngapain pilih Ganjar kalau Ganjar juga sebetulnya ditentukan oleh transaksi-transaksi di dalam PDIP sendiri,” sambungnya.
Sebelumnya, politikus sekaligus caleg PSI Ade Armando ramai dibicarakan di Twitter karena menyebut ada kontrak politik Ganjar Pranowo dengan PDIP.
Ia mendengar isu, bila Ganjar terpilih di Pilpres 2024, menteri-menterinya akan ditunjuk PDIP.
"Saya dapat kabar, Ganjar sudah meneken kontrak dengan PDIP bahwa kalau dia jadi presiden, penentuan orang-orang yang jadi menteri dan menempati posisi strategis akan ditentukan oleh PDIP. Ini perlu segera diklarifikasi karena info ini sudah beredar cukup luas. Mudah2an salah," cuit Ade dikutip Senin, (12/6).
Ade mengizinkan mengutip twitnya. Saat ditelepon, ia memberikan penjelasan terkait cuitannya itu.
"Itu justru saya tanya, apakah saya tahu pasti saya akan jawab saya dapat dan dengar dari sumber-sumber yang bisa saya percaya. Tapi saya kan tidak dapat konfirmasi langsung dari Ganjar dan PDIP," kata Ade.
Ia mengaku selama ini mendukung dan tergabung di Ganjarian, relawan Ganjar untuk 2024. Ade juga menyebut sering ditanyakan relawan lainnya soal isu tersebut.
"Karena sebagai relawan Ganjar, dan saya aktif mendorong orang untuk mendukung Ganjar. Nah saya mulai didatangi orang-orang yang mempertanyakan berita-berita kontrak itu yang enggak bisa saya jawab," jelasnya.
Ade menambahkan, relawan kecewa bila hal itu benar adanya. Bahkan ada kemungkinan akan ada alih dukungan.
"Sebagian relawan itu bilang bahwa kalau ternyata setelah kami dukung Ganjar hanya menjadi boneka PDIP, ya kami keberatan dong. Sebagian bilang mendingan kita dukung Prabowo aja atau ada yang bilang mending golput aja," ungkap dia.
"Daripada kita memberi panggung buat PDIP," sambungnya.
Lantas, dari mana Ade mendapat isu tersebut?
"Itu informasinya enggak dari satu ya, tapi dua orang dan di kalangan relawan itu sudah menyebar. Di relawan keseluruhan, saya kan Ganjarian ya. Banyak yang menghubungi saya untuk mempertanyakan dan bilang denger bener itu," jelasnya.
"Nah, saya karena tidak tahu jawaban pasti saya harus tanya di ruang publik saya itu. Mudah-mudahan bisa diklarifikasi, mudah-mudahan tidak benar kontrak politik itu," tutup dia.