Pengamat Politik Refly Harun mengungkap penyebab hasil survei Ganjar Pranowo tidak bisa dijadikan sebagai patokan atau pedoman.
Pasalnya, hasil jajak pendapat yang dilakukan dalam periode yang sama, perolehan suara Ganjar sangat jauh berbeda di dua lembaga survei saja.
“Kalaupun kita mau pegang hasil survei tersebut, ya kita ngakak. Karena dalam periode yang kurang lebih sama kok jauh sekali bedanya,” ujar Refly, dikutip WE NewsWorthy dari kanal YouTube pribadi pada Selasa (16/5/2023).
Refly kemudian menyoroti hasil survei dua lembaga yaitu Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dan Lembaga Penelitian Survey dan Polling Indonesia (SPIN).
Untuk diketahui, jajak pendapat untuk mengetahui elektabilitas kandidat calon presiden itu dilakukan oleh SMRC dari 30 April hingga 7 Mei 2023.
Adapun hasil dari survei tersebut yaitu Anies Baswedan memperoleh suara sebesar 19,7 persen, Ganjar Pranowo 39,2 persen, Prabowo Subianto 32,1 persen. Sementara itu, 8,9 persen memilih tidak tahu dan tidak mejawab.
Sementara itu, SPIN melakukan jajak pendapat tersebut pada 27 April hingga 4 Mei 2023 dengan jumlah responden sebanyak 1.230 responden.
Dari hasil survei tersebut, Prabowo Subianto memperoleh suara sebesar 36,9 persen, Ganjar Pranowo sebesar 17,2 persen, dan Anies Baswedan sebesar 17 persen.
Selain itu, Refly juga menyoroti margin of error survei tersebut yang berkisar di angka 2,9 hingga 3,1 persen. Menurutnya, pada hasil survei Ganjar, gapnya tinggi sekali.
“Jadi, kok bisa perbedaannya luar biasa. Gapnya tinggi sekali sampai lima puluh persen,” ujar Ahli Hukum Tata Negara ini.
